Jenitri
Mungkin masih sangat asing bagi masyarakat di Indonesia,
mengingat Jenitri sendiri masih belum dibudidayakan di wilayah Indonesia. Akan
tetapi pohon jenitri ini tumbuh di beberapa wilayah Jawa Tengah bagian selatan
hingga Barat seperti halnya daerah Kabupaten Kebumen dan Cilacap. Pohon yang
tumbuh puluhan meter ini dengan ciri buahnya yang bulat, keras dan berkulit
biru ketika sudah tua memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya
sendiri rata-rata berukuran seperti kelereng akan tetapi banyak juga yang
memiliki ukuran lebih besar. Buah jenitri sendiri bisa bernilai ekonomis tinggi
ketika sudah terkelupas kulitnya. Kulitnya memang melekat pada jenitri sehingga
cukup sulit untuk melepaskannya. Banyak cara yang digunakan untuk melepas
jenitri dari kulitnya mulai dari direbus atau diinjak-injak, bukan perkara
mudah untuk melepaskannya bahkan bisa berjam-jam untuk melepaskan kulit jenitri
dengan direbus.
Tapi sebelumnya jenitri biasanya di lepaskan dari tangkai-tangkainya terelebih dahulu, sehingga memudahkan dalam proses perebusan dan pembilasan, hal ini juga akan menambah ruang yang lebih dalam proses perebusan sehingga tidak memerlukan panci yang besar dan banyak. Belum lagi proses pembuangan kulitnya dengan cara membilasnya dengan air, butuh ketelitian dan kesabaran yang tinggi untuk membersihkan kotoran kulit jenitri. Sehabis dibilas kemudian ditiriskan dan dikeringkan dengan dijemur di panas matahari, namun ada beberapa orang yang merendamnya kembali dengan air, hal ini bertujuan untuk mendapatkan warna kemerahan pada buah jenitri. Tetapi setelah direndam nanti juga dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya, biasanya proses penjemuran hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja. Tipsnya saat menjemur jenitri yaitu dengan membolak-balikan jenitri, agar kadar air dari buaj jenitri benar-benar sudah berkurang. Setelah kering, buah jenitri sudah memiliki ekonomis yang tinggi, akan tetapi perlu diketahui semakin kecil ukuran jenitri maka semakin tinggi nilai ekonomisnya. Kemudian jenitri bisa dijual kepada pengepul-pengepul jenitri. Nah, di pengepul-pengepul inilah jenitri akan disortir atau diayak berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Ukurannya biasanya menggunakan angka mulai dari 1-10. Jadi ada beberapa proses pengayakan untuk menentukan kategori-kategori ukuran jenitri. Ingat yang paling kecil itu paling tinggi harganya. Dalam ukuran jenitri biasanya ada yang disebut dengan gronong yang merupakan jenitri dengan ukuran yang besar-besar dalam arti bahwa dalam tahap pengayakan pertama buah jenitri yang tidak lolos dalam sortiran itulah yang kemudian disebut gronong.
Tapi sebelumnya jenitri biasanya di lepaskan dari tangkai-tangkainya terelebih dahulu, sehingga memudahkan dalam proses perebusan dan pembilasan, hal ini juga akan menambah ruang yang lebih dalam proses perebusan sehingga tidak memerlukan panci yang besar dan banyak. Belum lagi proses pembuangan kulitnya dengan cara membilasnya dengan air, butuh ketelitian dan kesabaran yang tinggi untuk membersihkan kotoran kulit jenitri. Sehabis dibilas kemudian ditiriskan dan dikeringkan dengan dijemur di panas matahari, namun ada beberapa orang yang merendamnya kembali dengan air, hal ini bertujuan untuk mendapatkan warna kemerahan pada buah jenitri. Tetapi setelah direndam nanti juga dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya, biasanya proses penjemuran hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja. Tipsnya saat menjemur jenitri yaitu dengan membolak-balikan jenitri, agar kadar air dari buaj jenitri benar-benar sudah berkurang. Setelah kering, buah jenitri sudah memiliki ekonomis yang tinggi, akan tetapi perlu diketahui semakin kecil ukuran jenitri maka semakin tinggi nilai ekonomisnya. Kemudian jenitri bisa dijual kepada pengepul-pengepul jenitri. Nah, di pengepul-pengepul inilah jenitri akan disortir atau diayak berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Ukurannya biasanya menggunakan angka mulai dari 1-10. Jadi ada beberapa proses pengayakan untuk menentukan kategori-kategori ukuran jenitri. Ingat yang paling kecil itu paling tinggi harganya. Dalam ukuran jenitri biasanya ada yang disebut dengan gronong yang merupakan jenitri dengan ukuran yang besar-besar dalam arti bahwa dalam tahap pengayakan pertama buah jenitri yang tidak lolos dalam sortiran itulah yang kemudian disebut gronong.
Gronong sendiri diukur secara per kilo. Memang
tidak ada harga tetap karena masing-masing daerah memiliki patokan harga
sendiri-sendiri, akan tetapi rata-rata berharga sekitar 2000-3000 rupiah per
kilonya. Selain itu terdapat jenitri super yang memiliki harga ekonomis yang paling
tinggi, yaitu yang memiliki ukuran paling kecil. Terlepas dari itu, perlu
diketahui buah jenitri yang pada umumnya berbentuk bulat, biasanya juga sering
ditemukan buah jenitri dengan keanehan-keanehan bentuk, seperti jenitri dempet.
Jenitri dempet juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, bahkan melebihi nilai
ekonomis jenitri super makin banyak jenitri yang dempet makin mahal harganya.
Misalnya jenitri dengan dempet dua, dempet tiga. Kalau dempet dua bisa dihargai
5000 rupiah dan dempet tiga bisa melebihi harga dempet dua, sekitar puluhan
ribu. Ada juga jenitri bodong yaitu buah jenitri yang memiliki garis buah lebih
dari lima atau enam. Rata-rata buah jenitri memang memiliki garis lima atau
enam, akan tetapi tetap ada buah jenitri yang memiliki garis lebih banyak,
biasanya buah jenitri dengan garis banyak nampak dari bentuk buahnya yang agak
gepeng. Ada yang jumlah garisnya belasan bahkan puluhan, harganya juga mahal untuk
1 bijinya yaitu mulai dari belasan ribu hingga ratusan ribu, tergantung orang
yang menawarkan harganya. Selain itu buah jenitri juga terkadang berbentuk
seperti keong, seperti ulat yang mana keunikan bentuk-bentuk tersebut bisa menghasilkan
uang yang mencapai jutaan untuk satu bijinya, tetapi sangat jarang sekali
ditemukan buah jenitri yang berbentuk tidak selazimnya.
Pohon jenitri yang ada saat ini biasanya sudah dikembangkan dengan teknik sambung pucuk atau juga cangkok, sehingga pohon relatif tidak tinggi dengan buah jenitri yang relatif lebih kecil.
Jenitri bisa dibuat menjadi tasbih, aneka gantungan, aksesoris bahkan katanya sebagai media pengobatan. Jenitri produk dari Kebumen dan Cilacap juga sudah merambah ke negera India, namun informasi yang saya dapat masih sangat minim, akan tetapi masyarakat India membutuhkan jenitri sebagai salah satu perlengkapan atau aksesoris dalam peribadatan dan ritual kebudayaan.