Pidato Kebangsaan KH. Hasyim
Muzadi di Universitas Jember
Dalam rangka memperingati Bulan Pancasila, Universitas Jember menggelar
serangkaian acara, salah satunya adalah Pidato Kebangsaan dan Doa Bersama Untuk
Bangsa. Dalam acara tersebut hadir KH. Hasyim Muzadi yang menjadi pembicara
utama dalam acara yang digelar pada Senin, 8 Juni 2015 yang bertempat di Gedung
Soetardjo, Universitas Jember. Acara yang juga sekaligus memperingati Hari
Lahirnya Pancasila tersebut, memiliki tema “Satu Keindonesiaan Merayakan
Kebersamaan”. KH. Hasyim Muzadi yang sekaligus menjabat sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Presiden menekankan pada pentingnya demokrasi Pancasila
(kerakyatan) dalam arus demokrasi liberal yang terus menggerus ke sendi-sendi
kehidupan masyarakat Indonesia.
Pancasila bukan buatan Soekarno, karena Pancasila sebenarnya sudah ada dan
inheren di segi kehidupan bangsa Indoneisa. Sila-sila dalam Pancasila antara
yang satu dengan yang lainnya memiliki relasi yang saling berkaitan. Indonesia
membutuhkan sistem demokrasi berdasarkan kerakyatan yang ada di sila keempat
Pancasila, tetapi saat ini yang nampak adalah Demokrasi liberal, padahal demokrasi
liberal yang ada sekarang ini belum tentu akan menjerumus ke demokrasi
kerakyatan. KH. Hasyim Muzadi juga menyayangkan adanya upaya pengenalan
konsep-konsep baru terhadap ideologi Pancasila yang dianggap kurang hadir di
tengah-tengah masyarakat Indonesia. Menurut beliau.yang juga sebagaia pengasuh
Pondok Pesantren Al Hikam, Malang tersebut, sistem yang ada saat ini memang
tidak jelek, akan tetapi terlalu longgar untuk diperlukan bagi bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, tidak jarang ide, gagasan dan konsep-konsep dari
luar negeri mampu dengan mudah masuk ke Indonesia. Tidak hanya itu, akibat
sistem yang terlalu longgar ini justru terjadi ketimpangan antara hak dan
kewajiban, di mana banyak warga negara Indonesia yang menuntut hak mereka tanpa
memperdulikan kewajiban mereka.
Dalam acara tersebut, KH. Hasyim Muzadi yang memiliki daya humor tersebut, menyampaikan
bahwa posisi Indonesia di kancah internasionl itu berada di tengah-tengah dan
jika menyangkut tentang jenis negara, Indonesia merupakan negara bangsa (nation state), bukan negara agama
ataupun negara sekuler. Indonesia sebagai nation state terdiri dari berbagai
macam agama dan oleh sebab itu negara tidak boleh mencampuri syariatnya. Negara
hanya memfasilitasi agama-agama yang ada di Indonesia. KH. Hasyim Muzadi yang
juga salah satu ulama besar Indonesia, juga menjelaskan tentang pentingnya
integritas dan toleransi beragama, tetapi bukan justifikasi. Sehingga tetap
mempersilahkan orang-orang yang berbeda agama menjalankan ibadah agama mereka
sendiri-sendiri tanpa kita harus mengikuti ajaran mereka.
Dalam kesempatan tersebut, nampaknya KH. Hasyim Muzadi juga memberikan
dukungan terhadap KH. Achmad Siddiq yang merupakan salah satu tokoh kharismatik
Nahdlatul Ulama, untuk menjadi pahlawan nasional. Pada rangkaian acara sebelumnya
Universitas Jember mengadakan lokakarya penyusunan naskah akademik pengusulan KH.
Achmad Siddiq sebagai Pahlawan Nasional pada Senin, 25 Mei 2015. Dalam acara
lokakarya tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh NU, seperti KH. Muchit
Muzadi, Gus Sholahuddin Wakhid dan KH. Afifudin Muhajir.