Ribetnya dan Rumitnya Birokrasi Indonesia
Birokrasi di Indonesia
Tahu sendiri kan bagaimana wajah birokrasi di
Indonesia?
Sangat tragis kalau penulis katakan, masalahnya
begitu panjangnya meja-meja yang harus dilalui tidak hanya itu begitu banyak
juga uang yang harus dikeluarkan untuk 1 meja yang dilalui. Pantas saja
investor asing sangat enggan untuk datang ke Indonesia, prosesnya
berbelit-belit (njilmet) (kena sembelit baru tahu rasa loe...) dan
lama pula. Sudah tidak efektif, tidak efisien pula. Jiant, mau dibawa kemana negeri ini?
Rakyat itu butuh
pelayanan yang baik, mudah dan cepat. Ini malah rakyat dibuat mumet, ndak karuan dan menunggunya suwe
banget. Belum lagi sikap-sikap birokrat yang suka ngambil kesempitan dalam
kesempatan, uang inilah, uang itulah. Selain itu pelayanannya juga kurang memuaskan,
seperti sikap yang ditunjukan sangat arogan, kurang ramah malah sering kali
ditemui birokrat yang wajahnya mrengut,
seakan mau mencaplok kita sebagai publik yang berhak mendapat pelayanan dengan
baik. Negara harus melayani rakyat, bukan rakyat yang harus melayani para
birokrat-birokrat yang njilmet itu.
Pernah ada seorang
mahasiswa asing yang ngedumel karena birokrasi di kampusnya di Indonesia yang
ruwetnya minta ampun. Sebut saja namanya Mawar Melati Semuanya Indah, dia
bahkan menjugde Indonesia itu sangat buruk birokrasinya, berbeda dari asal
negaranya yang bahkan dia berasal dari negara yang masih sangat berkembang
bahkan bisa dikatakan jauh tertinggal dari Indonesia. Mawar merasa prosedur di
Indonesia sangat menyusahkannya, ada lebih 3 ttd yang harus dimintai ttd untuk
menuju persetujuan ttd dari yang paling atas sendiri (busyet dah). Seolah-olah yang mudah justru dipersulit. Untuk
menggoalkan suatu persetujuan harus senjlimet itu.
Tidak jarang ada yang
begitu arogan, pernah ada seorang mahasiswa yang minta ttd akan tetapi mapnya
tertekuk. Si birokrat yang arogan tadi justru menyuruh mengganti lembaran
tersebut, padahal proses untuk mencapai birokrat yang arogan tersebut itu ribet
banget. Kata birokrat-birokrat tersebut, mengapa begitu njlimet, mereka bilang loh ini kan prosedurnya, kalau nanti
melanggar prosedur kan bisa kena sanksi. Bisa tidak sih prosedur yang njlimet
itu bisa dirubah, atau tidak sikap kearogansiannya dihilangkan gitu. Pasanglah
muka senyum, kalau bisa setiap hari senyum-senyum sendiri biar dikira orang
gila (bercanda kok, kalau ndak bercanda ya alhamdulillah sih). Kalau lihat mukanya
yang masam, mrengut dan ndak senyum kan kita sebagai publik jadi gimana, kita
loh sama-sama manusia.
No comments:
Post a Comment