TURUT BERDUKA CITA ATAS TEWASNYA DEMOKRASI INDONESIA
Source:Kompasiana
Jakarta, Sayangi.com – Nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung jadi obyek ‘bully’ di social media, twitter. Hal ini menyusul langkah politik Partai Demokrat yang memilih ‘walk out’ dari Sidang Paripurna DPR RI terkait penentuan pemilihan langsung dipilih rakyat maupun DPRD.
Dalam sidang yang digelar Kamis (25/9/2014) hingga Jumat (26/9/2014) dini hari tersebut, Partai Demokrat yang sebelumnya mendukung Pilkada Langsung memilih “WO” karena opsi mereka ditolak Panja RUU Pilkada. Akibatnya, pendukung Pilkada Langsung di DPR kalah telak dibanding pendukung Pilkada oleh DPRD.
Atas hasil tersebut, ribuan pengguna sosial media twitter mengungkapkan kekecewaannya kepada SBY sekaligus melakukan ‘bully’ terhadap Ketua Umum Partai Demokrat tersebut. Bahkan hastage #ShameOnYouSBY langsung jadi trending utama di twitter.
Ikuti Polling penilaian terhadap SBY Masyarakat Menilai SBY
Pemilik akun @RShanti misalnya menulis, “Mr @SBYudhoyono kills democracy on his way out. A tragic epilog of his 10-Year presidency. #ShameOnYouSBY
“Bapak tak layak datang ke Bali Democracy Forum 10 Oktober 2014, mending ke Pacitan aja Pak @SBYudhoyono #ShameOnYouSBY,” tulis Ulin Yusron melalui akun twitternya @ulinyusron
Hal serupa juga diungkapkan anis hidayah. Ia menulis “Pak @SBYudhoyono sy lelah dg retorika&pencitraan bpk, sy tdk terhibur dg album bpk. Dan saya akan terpuruk dg legacy bapak. #ShameOnYouSBY”
Sementara itu Rizky Indarta melalui akun @Qiqiqiq menyebut pengesahan RUU Pilkada sebagai UU sebagai kematian demokrasi. "R.I.P Democracy."
AHOK BERKATA
Saya, kawan setia ibu saya menonton berita. Menemani ibu saya di hari tua, tampaknya salah satu karir pilihan saya. Pagi sekali, sambil menyapu rumah, beliau menyampaikan pada saya dengan kesedihan yang mendalam. “Era, yang menang pilkada tidak langsung!” Rasanya seperti kalah telak. Lebih telak dari kekalahan beruntun sepak bola Indonesia di berbagai ajang internasional.
Ibu saya bertanya, “Sebagai rakyat, apa yang harus kita lakukan era?” Saya diam termangu. Kalau saya, mungkin bisa menulis status di FB atau di twitter dan ikut mengecam dengan hastag #shameOnYouSBY. Lalu berdiskusi sana-sini dengan teman socmed sekadar berbagi resah dan gelisah. Lha, kalau ibu saya, bagaimana?
Saya bilang begini, kalau mahasiswa bisa berdemo dan menyampaikan pendapatnya. Fraksi lain di DPR atau masyarakat umum bisa mengajukan gugatan ke MK. Ibu saya mendesak lagi, “Kalau orang-orang seperti mama, apa yang bisa dilakukan?”
Ibu saya tidak muda lagi. Usia beliau sudah lebih 60 tahun. Sebagai janda PNS, pensiun beliau Cuma 1, sedikit sekali per bulan, jadi buat apa sih ngurusi banget perkara negara ini?
Oh, tunggu dulu. Beliau adalah emak saya yang bahagia dengan reformasi dan tumbangnya Soeharto dulu. Bersemangat dengan kemajuan politik di Indonesia.Beliau dengan sukarela berbagi pandangan politik dengan emak-emak lain yang buta politik. Bagi saya, beliau adalah kawan diskusi yang menyenangkan walau suka mau menang sendiri.
Saya bilang ke ibu saya, berdoalah. Berdoalah agar negara ini dikemudikan sebaik-baiknya dan sebenarnya. Berdoalah agar para anggota DPR yang korup itu ditangkap berjamaah. Berdoa agar kita dijauhkan dari pemimpin yang dzalim.Berdoa agar kita tak perlu membuat nisan, “RIP Demokrasi di Indonesia.” 25 September 2014.
No comments:
Post a Comment