Tuduhan Kecurangan Wasit, Hantui Prestasi Atlet Korea Selatan
Petinju putri India Devi
Petinju putri India Sarita Devi (kiri) menolak pengalungan medali karena merasa dicurangi oleh hakim pertandingan.
SERANGKAIAN tuduhan adanya kecurangan muncul di Asian Games Incheon 2014. Di sejumlah cabang olahraga, wasit bertindak tidak adil dengan memenangkan atlet tuan rumah Korea Selatan.
Puncaknya terjadi ketika petinju wanita asal India Sarita Devi menolak pengalungan medali perunggu dan memberikannya kepada petinju tuan rumah Park Jin-a, peraih perak dalam pertandingan itu.
Sambil menangis Sarita mengaku ia seharusnya lolos ke final jika tidak dicurangi hakim yang lebih memihak atlet tuan rumah.
Hal itu dibenarkan beberapa pengamat yang menilai Sarita lebih banyak memasukkan pukulan ketimbang lawannya itu. Pihak India sendiri mengajukan protes, tapi ditolak oleh Asosiasi Tinju Amatir Internasional (AIBA) melalui pengawas pertandingan David Francis, yang mengatakan, petinju yang kalah tidak dapat memprotes keputusan hakim sesuai pasal 8.4 AIBA.
Hal itu dibenarkan beberapa pengamat yang menilai Sarita lebih banyak memasukkan pukulan ketimbang lawannya itu. Pihak India sendiri mengajukan protes, tapi ditolak oleh Asosiasi Tinju Amatir Internasional (AIBA) melalui pengawas pertandingan David Francis, yang mengatakan, petinju yang kalah tidak dapat memprotes keputusan hakim sesuai pasal 8.4 AIBA.
Tuduhan adanya kecurangan juga terjadi ketika petinju India lainnya, Devendro Singh di kelas 49kg, kalah dari petinju tuan rumah Shin Jong-hun di perempat final.
Di cabang gulat, terjadi keputusan kontroversial ketika pegulat Iran Saeid Abdevali yang telah dinyatakan sebagai pemenang atas atlet Korea Selatan Jung Ji-hyun di kelas 71 kg di babak semifinal akhirnya dibatalkan, setelah mendapat protes dari kubu Korea Selatan.
Di sini, protes diperbolehkan dan Jun Ji-hyun dinyatakan lolos ke final lalu meraih medali emas dengan kemenangan telak 9-0 atas pegulat Uzbekistan Dilshodjon Turdiev.
Ayo ikutan survei demi kemajuan bangsa Indonesia INDONESIA BISA, INDONESIA BANGKIT
Kekecewaan ofisial kontingen lain terhadap keputusan ‘ang pengadil’ di lapangan, juga terjadi di cabang sepakbola, ketika Timnas Jepang dikalahkan tuan rumah dengan skor tipis 1-0. Ofisial Jepang menuduh wasit memberikan kemenangan kepada tuan rumah melalui tendangan penalti di menit ke-88. “Kami dihancurkan melalui hadiah penalti yang diberikan oleh wasit di menit-menit akhir,” kata Pelatih Jepang Makoto Teguramori.
Ayo ikutan survei demi kemajuan bangsa Indonesia INDONESIA BISA, INDONESIA BANGKIT
Kekecewaan ofisial kontingen lain terhadap keputusan ‘ang pengadil’ di lapangan, juga terjadi di cabang sepakbola, ketika Timnas Jepang dikalahkan tuan rumah dengan skor tipis 1-0. Ofisial Jepang menuduh wasit memberikan kemenangan kepada tuan rumah melalui tendangan penalti di menit ke-88. “Kami dihancurkan melalui hadiah penalti yang diberikan oleh wasit di menit-menit akhir,” kata Pelatih Jepang Makoto Teguramori.
Senada juga dilontarkan Pelatih Thailand Kiatisuk Senamuang seusai timnya dikalahkan tuan rumah di babak semifinal, 2-0. Ia menilai, gol kedua Korea Selatan melalui tendangan penalti adalah hadiah dari wasit untuk tim Korea Selatan.
“Saya tidak melihat bahwa itu sebuah pelanggaran fatal. Saya berharap Korea Selatan bisa menjadi juara tapi tidak dengan adu penalti,” celetuk Senamuang dengan nada kecewa.
Jika menilik ke belakang, kontroversi juga terjadi di Asian Games 1986, ketika Korsel mengalahkan Indonesia di semifinal bulutangkis. Indonesia memprotes kinerja wasit yang dinilai berat-sebelah. Kejadian serupa juga terjadi ketika Asian Games Busan 2002.
Ayo ikutan survei demi kemajuan bangsa Indonesia INDONESIA BISA, INDONESIA BANGKIT
Waktu itu tim bulutangkis Indonesia memboikot pertandingan karena menganggap keputusan wasit ’bias’. Pihak IAGOC sendiri telah memberikan keterangan kepada para wartawan, pihaknya bersikap netral dalam melakukan penjurian dan tidak cenderung menguntungkan atlet tuan rumah. “Presiden IAGOC menekankan bahwa kami tidak diperbolehkan menguntungkan atlet tuan rumah dalam kondisi apapun,” kata Son Cheon-taik, Wakil Sekjen IAGOC.
Untuk melihat videonya klik di siniJika menilik ke belakang, kontroversi juga terjadi di Asian Games 1986, ketika Korsel mengalahkan Indonesia di semifinal bulutangkis. Indonesia memprotes kinerja wasit yang dinilai berat-sebelah. Kejadian serupa juga terjadi ketika Asian Games Busan 2002.
Ayo ikutan survei demi kemajuan bangsa Indonesia INDONESIA BISA, INDONESIA BANGKIT
Waktu itu tim bulutangkis Indonesia memboikot pertandingan karena menganggap keputusan wasit ’bias’. Pihak IAGOC sendiri telah memberikan keterangan kepada para wartawan, pihaknya bersikap netral dalam melakukan penjurian dan tidak cenderung menguntungkan atlet tuan rumah. “Presiden IAGOC menekankan bahwa kami tidak diperbolehkan menguntungkan atlet tuan rumah dalam kondisi apapun,” kata Son Cheon-taik, Wakil Sekjen IAGOC.
Dari video diatas nampak bahwa petinju asal India merasa kecewa bahkan terisak-isak, setelah penolakan pengalungan medali dan pengalungan medali emas ke wakil Tiongkok, petinju asal India yang mendapat medali perunggu kemudian mengalungkan medalinya ke runner up alias peraih medali perak asal tuan rumah, Korea Selatan. Meskipun akhirnya dikembalikan lagi oleh wakil Korea Selatan tersebut. Sungguh ironis sekali, fair play seharusnya dijunjung tinggi dalam bidang olahraga, buat apa meraih medali tapi diperoleh dengan cara-cara curang.
Semoga tidak terjadi di ASIAN GAMES 2018 di Indonesia, berita selengkapnya bisa klik di sini
Semoga tidak terjadi di ASIAN GAMES 2018 di Indonesia, berita selengkapnya bisa klik di sini
No comments:
Post a Comment