Translate

Sunday, April 24, 2016

Kisah Penderita HIV/AIDS

Kisah Nyata Penderita HIV/AIDS

            HIV/AIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya di dunia. Sehingga ketika seseorang terinfeksi Virus HIV, maka kemungkinan untuk bisa bertahan hidup lebih lama lebih sedikit. Namun, orang dengan HIV/AIDS (Odha) sebaiknya janganlah dijauhi, toh kita masih bisa menjaga jarak dengan mereka ketika kita bersosialisasi dengan mereka. Kali ini penulis akan membahas tentang kisah penderita HIV/AIDS yang pernah tinggal di lingkungan tempat tinggal saya. Sebut saja namanya Bambang (nama samaran), dia adalah satu-satunya Odha di desa saya (sejauh ini baru dia yang diketahui sebagai Odha). Seperti remaja lainnya di desa saya, Bambang memutuskan untuk merantau ke salah satu kota di Indonesia (sebut saja kota B). Bambang yang hanya lulusan SMP memutuskan untuk mengikuti jejak kedua orang tuanya yang bekerja di kota B.
Anda bisa terkena HIV/AIDS melalui
            Pengalaman pergaulan yang diperoleh Bambang di desanya dibawa juga oleh Bambang saat merantau ke kota B. Pada saat di desa, Bambang memang termasuk remaja yang jail dan bergaul bebas dengan remaja-remaja lainnya. Masalah minum-minuman sudah tidak asing bagi Bambang, terkadang juga terlibat dalam kasus pencurian (meskipun kasus pencuriannya terbilang kecil dan sepele). Pada tahun 2000-an Bambang merantau ke kota B, dia memang mudah bergaul dengan siapa saja sehingga mudah diterima di lingkungan baru tersebut. Lambat-laun Bambang terjerumus ke dalam dunia yang tidak sepantasnya dia masuk ke lingkaran tersebut. Dengan paras yang tampan, kulit putih dan hidung mancung, tidak sedikit wanita yang suka padanya. Modal fisik tersebut menjadi modal utama Bambang untuk merayu cewek-cewek cantik untuk diajak berkenalan. Hingga akhirnya Bambang harus menerima kondisi di mana dia tidak mampu menahan hawa nafsunya untuk berhubungan seksual dengan wanita-wanita kenalannya. Suatu ketika, dia dan teman-temannya melakukan hubungan seksual dengan wanita yang sebenarnya berasal dari desa yang sama dengan Bambang. Wanita tersebut digilir oleh Bambang dan teman-temannya. Bulan berganti bulan, hingga akhirnya wanita tersebut mengandung janin akibat hubungan seks dengan Bambang dan teman-temannya. Sayang, diantara mereka tidak ada yang mau mengakui kehamilan wanita tersebut. Hingga akhirnya wanita tersebut melahirkan bayi tanpa seorang pendamping.
            Kembali ke Bambang, namapknya dunia negatif tersebut sudah menjadi hal yang biasa bagi Bambang. Pada akhirnya, Bambang jatuh sakit, kondisi kesehatan Bambang benar-benar buruk. Tidak ada yang menyangka bahwa Bambang divonis terkena HIV/AIDS. Hal ini membuat Bambang benar-benar drop dan depresi. Pada awalnya hanya adik laki-lakinya saja yang tahu kalau Bambang adalah Odha, namun keluarganya curiga ketika Bambang bolak-balik harus masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Awalnya keluarga hanya menduga bahwa Bambang terkena diare biasa, akan tetapi lama-kelamaan Bambang benar-benar menuju kondisi yang lemah dan membuat Bambang untuk terbuka kepada keluarganya kalau dia terkena HIV/AIDS. Keluarganya pun seolah-olah menutup penyakit yang dialami Bambang. Hingga akhirnya keluarga Bambang memutuskan untuk membawanya pulang kampung.

            Di kampung yang masih tergolong awam akan penyakit HIV/AIDS tersebut tidak terlalu heran dengan penyakit yang diderita Bambang. Namun lambat laun, Bambang secara fisik berubah drastis. Dia benar-benar kurus dan hanya menyisahkan tulang belulang yang menonjol ditubuhnya. Penduduk kampung heboh di luar kepala, mereka yang hanya tahu kalau Bambang hanya menderita diare akut biasa tercengang ketika harus melihat kondisi Bambang yang semakin memburuk. Untung masih ada kalangan-kalangan terpelajar yang tahu kalau ciri-ciri penyakit yang diderita Bambang termasuk ke dalam penyakit HIV/AIDS. Hingga akhirnya keluarga Bambang terbuka untuk bercerita kalau Bambang sebenarnya terkena HIV/AIDS.
            Sebelumnya, Bambang yang mengidap HIV/AIDS telah mengikuti ritual ganti nama. Berdasarkan budaya Jawa, ketika seseorang mengidap penyakit yang sangat lama, maka harus mengganti namanya dengan sajian khas bubur merah putih. Bambang pun berganti nama menjadi Slamet, dengan harapan agar Bambang bisa sembuh. Namun beberapa bulan kemudian, Bambang dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa.
            Berdasarkan kisah nyata di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa Odha tetap manusia yang butuh perhatian, mereka mungkin dalam kondisi yang lemah sehingga memerlukan dukungan dari kita semua. Dan ingat bahwa segala perbuatan akan balik kepada diri kita sendiri. Seperti dalam Q.S. An-Najm ayat 39-41 yang berbunyi:
"Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."


No comments:

Post a Comment