Translate

Tuesday, May 19, 2015

Jalan Jawa 7, Belakang Unej, Jember

Jalan Jawa 7 Jember

Jalan Jawa 7 merupakan salah satu jalan yang berdampingan langsung dengan Universitas Jember (Unej). Jalan ini memiliki panjang sekitar 1 kilometer, memanjang dari selatan ke utara. Jalan Jawa 7 ini merupakan jalan gang yang relatif kecil dan sempit sehingga bukan termasuk jalan raya (ya iyalah). Jalan Jawa 7 bisa diakses dari jalan utama yaitu Jalan Jawa (bundaran DPR ke arah timur), selanjutnya lurus terus dan nanti ada gang kecil sebelah kiri jalan atau tepatnya di depan SEP 4 (tempat foto copyan). Jika anda menyusuri Jalan Jawa 7 nampak disamping sebelah kiri ada pagar atau tembok setinggi 2,5 meteran sebagai pembatas antara Unej dengan perkampungan masyarakat sekitar.
            Jalan Jawa 7 yang dekat dengan jalan utama yaitu Jalan Jawa berdekatan langsung dengan Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sedangkan Jalan Jawa 7 bagian ujung Utara dekat dengan Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Teknik. Selain itu karena lokasinya yang strategis Jalan Jawa 7 bagian agak menengah juga berdekatan dengan Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Putra, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), juga relatif dekat dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Pertanian (Faperta). Saya membagi Jalan Jawa 7 ke dalam 3 bagian yaitu Jalan Jawa 7 bagian selatan (dekat dengan Jalan Jawa), Jawa 7 bagian tengah dan Jawa 7 bagian utara, tidak lepas agar untuk memudahkan saja.
            Masyarakat Jalan Jawa 7 juga telah menyediakan tempat kost dan rumah kontrakan, sehingga sangat cocok sekali bagi mahasiswa dari Fakultas Sastra, dan Fisip untuk tinggal sementara, jika tidak ingin jauh-jauh dari kampus. Masyarakat Jawa 7 juga terkenal religius sehingga suasananya semakin nyaman deh, apalagi kalau buat mikir, adem, tentram rasanya. Selain itu masyarakatnya juga ramah-ramah, sehingga tidak jarang ketika masuk ke lingkungan yang mungkin baru yaitu di Jawa 7, langsung berasa jadi bagian dari masyarakat bahkan bagian dari keluarga.
            Namun perlu dicatat bahwa Jalan Jawa 7 merupakan jalan kecil dan mungkin belum begitu diperhatikan karena dapat dilihat kontur dan tekstur jalann yang relatif rusak, kalau orang Jawa Ngapak bilangnya brogel, sehingga benar-benar hati-hati. Pengalaman saya setelah saya mengendarai sepeda di Jalan Jawa 7, sepeda saya malah bocor itu bukan sekali saja tetapi 4 kali saya mengalami ban sepeda fixie saya bocor. Selain itu, masalah penerangan yang masih kurang, padahal disekelilingnya terdapat rumah warga, mengapa penerangan begitu minim padahal jalan jawa 7 tidak pernah sepi tuh? selalu ada saja hilir mudik pengguna jalan baik sepeda motor atau mobil selalu melintasi jalan jawa 7, baik siang maupun malam tetap ramai. Bahkan penulis pernah dengar dari orang-orang yang pernah menjajaki jalan jawa 7, bahwa jalan jawa 7 menurut mereka dianggap jalan yang serem. Ya terkesan serem, lah wong penerangannya saja sangat minim (tiyer..tiyer..kali). Selain itu, penulis juga pernah mendengar adanya keluhan tentang tindakan beberapa sekelompok pria yang suka nongkrong disekitar jalan jawa 7 seringkali mereka terkesan nggodain kepada para pengguna jalan jawa 7 terutama pejalan kaki khususnya perempuan/mahasiswi. Nggodainnya ya memang cuma bersiul (singsot) terkadang malah bertanya-tanya,  seperti ini, 'kuliah mba?'. Tapi menurut penulis itulah bentuk kewajaran, dan memang biasa, selain itu mungkin juga justru hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sekitar itu ramah, suka menyapa. Tapi kalau para pemakai jalan merasa risih dan terganggu lebih baik jalannya jangan sendirian (ramai-ramai satu RT diajak semua, buakakakakak).