Jalan Jawa 7 merupakan salah satu jalan yang berdampingan langsung
dengan Universitas Jember (Unej). Jalan ini memiliki panjang sekitar 1
kilometer, memanjang dari selatan ke utara. Jalan Jawa 7 ini merupakan jalan
gang yang relatif kecil dan sempit sehingga bukan termasuk jalan raya (ya
iyalah). Jalan Jawa 7 bisa diakses dari jalan utama yaitu Jalan Jawa (bundaran
DPR ke arah timur), selanjutnya lurus terus dan nanti ada gang kecil sebelah
kiri jalan atau tepatnya di depan SEP 4 (tempat foto copyan). Jika anda menyusuri
Jalan Jawa 7 nampak disamping sebelah kiri ada pagar atau tembok setinggi 2,5
meteran sebagai pembatas antara Unej dengan perkampungan masyarakat sekitar.
Jalan Jawa
7 yang dekat dengan jalan utama yaitu Jalan Jawa berdekatan langsung dengan
Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
sedangkan Jalan Jawa 7 bagian ujung Utara dekat dengan Fakultas Teknologi
Pertanian dan Fakultas Teknik. Selain itu karena lokasinya yang strategis Jalan
Jawa 7 bagian agak menengah juga berdekatan dengan Rumah Susun Mahasiswa
(Rusunawa) Putra, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), juga relatif
dekat dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas
Pertanian (Faperta). Saya membagi Jalan Jawa 7 ke dalam 3 bagian yaitu Jalan
Jawa 7 bagian selatan (dekat dengan Jalan Jawa), Jawa 7 bagian tengah dan Jawa
7 bagian utara, tidak lepas agar untuk memudahkan saja.
Masyarakat
Jalan Jawa 7 juga telah menyediakan tempat kost dan rumah kontrakan, sehingga
sangat cocok sekali bagi mahasiswa dari Fakultas Sastra, dan Fisip untuk
tinggal sementara, jika tidak ingin jauh-jauh dari kampus. Masyarakat Jawa 7
juga terkenal religius sehingga suasananya semakin nyaman deh, apalagi kalau
buat mikir, adem, tentram rasanya. Selain itu masyarakatnya juga ramah-ramah,
sehingga tidak jarang ketika masuk ke lingkungan yang mungkin baru yaitu di
Jawa 7, langsung berasa jadi bagian dari masyarakat bahkan bagian dari
keluarga.
Namun perlu
dicatat bahwa Jalan Jawa 7 merupakan jalan kecil dan mungkin belum begitu
diperhatikan karena dapat dilihat kontur dan tekstur jalann yang relatif rusak,
kalau orang Jawa Ngapak bilangnya brogel, sehingga benar-benar hati-hati.
Pengalaman saya setelah saya mengendarai sepeda di Jalan Jawa 7, sepeda saya
malah bocor itu bukan sekali saja tetapi 4 kali saya mengalami ban sepeda fixie
saya bocor. Selain itu, masalah penerangan yang masih kurang, padahal disekelilingnya
terdapat rumah warga, mengapa penerangan begitu minim padahal jalan jawa 7 tidak
pernah sepi tuh? selalu ada saja hilir mudik pengguna jalan baik sepeda motor
atau mobil selalu melintasi jalan jawa 7, baik siang maupun malam tetap ramai. Bahkan
penulis pernah dengar dari orang-orang yang pernah menjajaki jalan jawa 7,
bahwa jalan jawa 7 menurut mereka dianggap jalan yang serem. Ya terkesan serem,
lah wong penerangannya saja sangat minim (tiyer..tiyer..kali). Selain itu, penulis
juga pernah mendengar adanya keluhan tentang tindakan beberapa sekelompok pria
yang suka nongkrong disekitar jalan jawa 7 seringkali mereka terkesan nggodain
kepada para pengguna jalan jawa 7 terutama pejalan kaki khususnya perempuan/mahasiswi.
Nggodainnya ya memang cuma bersiul (singsot) terkadang malah bertanya-tanya, seperti ini, 'kuliah mba?'. Tapi menurut
penulis itulah bentuk kewajaran, dan memang biasa, selain itu mungkin juga
justru hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sekitar itu ramah, suka
menyapa. Tapi kalau para pemakai jalan merasa risih dan terganggu lebih baik
jalannya jangan sendirian (ramai-ramai satu RT diajak semua, buakakakakak).