Translate

Wednesday, April 29, 2015

Hari Peringatan Korban Perang Kimia

Day of Remembrance for all
Victims of Chemical Warfare: Tanggal 29 April merupakan Hari Peringatan bagi Semua Korban Perang Kimia.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, menyampaikan sambutannya pada sebuah Konferensi yang disebut dengan The Third Review Conference of States Parties to the Chemical Convention diselenggarakan 8-19 April 2013 di Den Haag, Belanda, Ban Ki-Moon menekankan bahwa kemajuan dalam mencapai upaya untuk menghapuskan senjata kimia harus dilengkapi dengan upaya dalam menjalani kepatuhan Konferensi tersebut. Delapan negara yang tetap berada di luar Konvensi (masih memproduksi senjata kimia) yaitu  Angola, Rakyat Republik Demokratik Korea, Mesir, Israel, Myanmar, Somalia, Sudan Selatan, dan Suriah. Ban Ki-Moon menekankan bahwa kedelapan negara tersebut harus bergabung dengan seluruh komunitas internasional untuk menghentikan program senjata kimianya dan menandatangani Konvensi Senjata Kimia tahun 1993.

Apa itu Senjata Kimia? Dan Bagaimana Efek Senjata Kimia?
Senjata kimia pertama kali digunakan di akhir abad ke 15 oleh tentara penakluk dari Spanyol. Mereka diketahui menggunakan semacam kendi diisi dengan abu dan cabe untuk menciptakan asap yang membutakan sebelum melakukan serangan. Sejak itu, senjata kimia semakin mematikan dengan berbagai bentuk, termasuk gas beracun. Walaupun pada tahun 1899, Dekralasi Den Haag, melarang penggunaan senjata beracun, namun tetap saja digunakan para Perang Dunia I.

Tentara Kanada terkena senjata kimia di Perang Dunia I

[FOTO: Seorang serdadu Kanada terkena serangan senjata kimia.]

Saat itu, sebanyak 124.000 ton gas digunakan dalam perang. Tentara Prancis adalah yang pertama menggunakannya. Diperkirakan, sekitar 1,2 juta orang tewas akibat senjata ini. Pada Perang Dunia II juga tidak jauh berbeda. Walaupun larangan menggunakan senjata kimia tercantum di Traktat Damai Versailles, namun tetap saja digunakan, terutama oleh Jepang. Efek senjata kimia terhadap korbannya berbeda tergantung jenisnya. Suriah memproduksi jenis VX, tabun dan sarin yang merupakan senjata penyerang syaraf musuh. Senjata jenis adalah yang paling berbahaya di antara senjata kimia lainnya, mampu membunuh korbannya dalam waktu kurang dari 45 menit.
Jika terhirup, gejala pertama adalah rasa tegang, pupil membesar, hidung mengeluarkan cairan, sulit bernafas, detak jantung melemah, hilang kesadaran dan pembengkakan pada paru. Jika terkena kulit, hasilnya akan sama. Jika terhirup dalam jumlah banyak, dalam waktu 1-10 menit korban menemui ajal. Jika terkena mata, lebih cepat lagi tewasnya. Senjata penyerang syaraf berbentuk cairan atau gas kuning ini juga mampu ditaburkan di seragam sasaran. Tanpa terdeteksi, racun telah menyerang syaraf tentara perlahan-lahan hingga berjam-jam sampai akhirnya dia tewas.Senjata kimia lainnya adalah mustard belerang yang bisa menyebabkan pembengkakan dan rasa terbakar pada kulit, mata, tenggorokan, dan paru-paru. Jika terkena mata, bisa membuat kebutaan. Jika pun tidak tewas, bahaya kanker mengintai.

Kasus Senjata Kimia
Situs Global Security menuliskan Suriah mulai mengembangkan senjata kimia pada tahun 1973 setelah perang Yom Kippur antara Israel dan negara koalisi Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Pasca perang, Mesir memberikan peluru artileri yang mampu membawa senjata kimia.
Sejak itulah, Suriah mulai mengembangkan senjata kimia mereka sendiri. Setelah Mesir berdamai dengan Israel, Presiden Hafiz al-Asad menyatakan bahwa Suriah harus mampu melindungi diri mereka sendiri. Selain karena tidak mampu mengembangkan senjata nuklir, senjata kimia jadi andalan Suriah jika mereka diserang tiba-tiba oleh Israel. Kini, Suriah memiliki program senjata kimia paling maju di Timur Tengah. Diyakini, saat ini Suriah mampu menghasilkan ratusan ton senjata kimia per tahunnya. Tidak diketahui di mana rezim Assad memproduksi senjata kimia. Namun, CIA menduga ada empat lokasi tempat pabrik senjata kimia, di antaranya di utara Damaskus, Homs, Hama, dan Cerin. CIA juga melaporkan Suriah tengah mengembangkan teknologi motor roket solid, diduga digunakan untuk rudal tipe Scud C. Rudal jenis ini mampu membawa senjata kimia. Sejak 1985, Suriah telah membuat hulu ledak kimia mereka untuk rudal balistik.
Suriah tidak sendirian, beberapa negara sekutu membantu menyumbangkan rudal penembak senjata kimia. Di antaranya adalah Rusia, China, Iran dan Korea Utara. Di antaranya yang disumbangkan adalah 50-100 hulu ledak yang rudal darat-ke-darat yang mampu membawa sarin, rudal jarak jauh dari Korut yang bisa mencapai jarak 600 kilometer dan dapat membawa gas beracun, dan beberapa peluncur roket yang dapat menempuh jarak hingga lebih dari 300 km. Suriah juga tidak akan kehabisan bahan baku pembuatan senjata kimia. Pasalnya, negara itu memproduksi lebih dari dua juta ton fosfat per tahunnya dan memiliki cadangan fosfat sebanyak dua miliar ton. Fosfat adalah salah satu unsur penting pembuatan senjata kimia. Assad juga tidak main-main dalam mengembangkan senjata ini. Pemerintah Suriah setiap tahunnya menggelontorkan dana antara US$1-2 miliar untuk rudal balistik yang mampu membawa zat kimia dan biologis.