Pernyataan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott Memunculkan "Aksi Koin untuk Abbott"
Dikutip dari BBC Indonesia.
Pernyataan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
yang dianggap mengkaitkan bantuan Australia dalam bencana tsunami di Aceh 2004
dengan persoalan hukuman mati di Indonesia, terus menuai protes di Indonesia.
Pic. Tony Abbott
Sementara, warga Australia secara umum masih mempertanyakan
sikap Indonesia yang akan menghukum mati dua warga Australia, walaupun mereka
tidak setuju dengan pernyataan Tony Abbott tersebut.
Di Jakarta, hari Minggu (22/02) kemarin, aksi
simbolis berupa pengumpulan koin untuk diberikan kepada pemerintah Australia
digelar oleh sekelompok orang di sela-sela acara car free day di bundaran Hotel
Indonesia.
"Karena hitungan kita, kalau 100 juta warga
Indonesia menyumbang 10 koin uang saja, itu satu Triliun. Kita bisa kembalikan
kepada mereka (Australia)," kata Andi Sinulingga, pimpinan aksi protes
'Koin untuk Australia'.
Sebelumnya, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(Kammi) Aceh menggelar aksi pengumpulan koin sebagai protes atas pernyataan
Abbott tersebut, sejak Sabtu (21/02) lalu.
Pernyataan PM Australia Tony Abbott kemudian
dikoreksi oleh pejabat Australia lainnya yang menyebutnya sebagai
"kesalahan."
Aksi protes berupa pengumpulan uang koin ini juga
marak di media sosial yang ditandai kehadiran ribuan tagar #CoinForAustralia
dan juga #KoinUntukAustralia.
Sikap warga Australia
Sementara, masyarakat Australia secara umum masih
mempertanyakan sikap Indonesia yang masih mempraktekkan hukuman mati, termasuk
yang akan dialami oleh dua warga Australia.
Sejauh ini, otoritas hukum Indonesia mengatakan, mereka
akan tetap mengeksekusi mati dua warga Australia Andrew Chan dan Myuran
Sukumaran dalam kasus penyelundupan narkoba, selain beberapa warga Indonesia
serta warga negara lainnya.
"Sikap kebanyakan orang Australia merasa tidak
boleh ada hukuman mati," kata pengamat masalah Asia Tenggara dan Asia
Pasifik dari Universitas Nasional Australian National University, James Fox,
kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (22/02) petang, melalui
sambungan telepon.
Myuran Sukumaran (kanan) dan Andrew Chan (kiri)
menunggu eksekusi mati yang bakal dijalankan pemerintah Indonesia.
James Fox menganalisa, perselisihan soal hukuman mati
ini akan menganggu hubungan dua negara dalam jangka pendek, karena
Australia-Indonesia bersikukuh mempertahankan "prinsipnya masing-masing"
dalam soal hukuman mati.
Namun demikian, menurutnya, masyarakat Australia
cenderung tidak setuju dengan pernyataan Perdana menteri Tony Abbott yang
mengingatkan lagi soal bantuan Australia dalam bencana tsunami Aceh 2004.
Pernyataan Abbott dikoreksi
Lagipula, demikian James, pernyataan Tony Abbott
tersebut kemudian dikoreksi dan diluruskan oleh seorang pejabat pemerintah
Australia lainnya.
"Dia (Abbott) mungkin bicara salah dan dianggap
salah oleh pemerintah Australia," kata James Fox.
Warga Australia tetap menuntut Indonesia membatalkan
hukuman mati, namun mereka tidak setuju dengan pernyataan PM Tony Abbott.
Pelaksanaan dan rencana hukuman mati terhadap warga
asing terkait kasus penyelundupan narkoba, sebelumnya telah diprotes oleh
pemerintah Brasil dengan menolak menerima dubes Indonesia untuk Brasil.
Indonesia kemudian membalasnya dengan menarik pulang
duta besarnya dan memanggil duta besar Brasil untuk Indonesia sebagai bentuk
protes atas sikap terbaru pemerintah Brasil tersebut.
Warga Brasil Marco Archer dihukum mati pada tanggal
17 Januari setelah dihukum bersalah melakukan perdagangan narkoba. Warga Brasil
lainnya, Rodrigo Gularte, dijadwalkan dieksekusi dalam waktu dekat.
Dalam media okezone.com menulis judul "Tony Abbott Tak Beradab", berikut kutipannya
Gerakan aksi kumpul koin untuk Australia terus
berlangsung di Indonesia sebagai bentuk kecaman terhadap Perdana Menteri Tony
Abbott yang mengungkit bantuan untuk korban tsunami Aceh 2004 dengan hukuman
mati dua terpidana kasus narkoba Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti
menilai, cara membatalkan eksekusi mati dua orang negeri Kangguru itu dikaitkan
dengan bantuan tsunami di Aceh tidak dapat ditoleransi.
"Mereka (Australia) mengkaitkan bantuan mereka
terhadap korban tsunami amatlah tidak dapat ditoleransi. Ada banyak
prinsip-prinsip yang terlanggar, mengungkit bantuan atas korban bencana adalah
sifat tak beradab," tegas Ray saat berbincang dengan Okezone, Senin
(23/2/2015).
"Saya tak paham Perdana Menteri dari sebuah
negeri yang merasa dirinya sebagai negara beradab dapat menjadikan
bantuan-bantuan kemanusiaan mereka untuk meneror satu kebijakan dalam satu
negeri berdaulat," sambungnya.
Namun, kata dia, peryataan Tony Abbott memberikan
sebuah hikmah yakni agar Indonesia harus benar-benar dapat mandiri dari segala
hal.
No comments:
Post a Comment