Desa
Donosari, Sruweng, Kebumen
Desa
Donosari, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
Desa
Donosari merupakan salah satu desa di kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen.
Berlokasi di sebelah barat laut dari Kabupaten Kebumen, desa Donosari memiliki
bentang alam berupa dataran rendah dan tinggi atau perbukitan. Desa ini juga
dilalui oleh dua sungai atau lebih tepatnya disebut dengan kali mengingat
ukuran lebarnya yang sempit, dimana salah satunya berbatasan langsung dengan
desa Penusupan. Sedangkan kali lainnya berhulu dari desa Donosari sendiri. Di
kali tersebut bisa ditemukan binatang-binatang penghuni sungai seperti ikan,
udang dan kepiting. Ikan-ikan yang hidup di sungai tersebut memang berukuran
kecil seperti ikan bogo, wader, lele dan jodhog. Udang dan kepiting yang hidup
di ekosistem ini sama halnya dengan udang dan kepiting yang hidup di kali
lainnya yang memiliki ukuran kecil. Tidak hanya itu dahulu juga sering ditemui
ikan sidat atau biasa disebut dengan ikan pelus yang hidup di kali tersebut,
tetapi sekarang langka untuk ditemukan. Selain itu juga Desa Donosari ini
berbatasan langsung dengan Desa Karangjambu di sebelah selatan yang membentang
ke arah barat, Desa Penusupan dan Desa Pandansari di sebelah timur. Desa
Donosari ini memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai petani dan
buruh mengingat belum berkembangnya desa ini. Sehingga tidak jarang banyak
penduduk yang mengadu nasib ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Bandung dan Surabaya.
Fasilitas
pendidikan di desa ini memang masih kurang memadai, hal ini dapat dilihat dari
keadaan di mana desa ini hanya memiliki dua Taman Kanak-Kanak dan dua Sekolah
Dasar, meskipun demikian semangat untuk memperoleh pendidikan dengan belajar
tidak akan surut di dalam masyarakat desa ini.
Pembangunan penunjang kegiatan
ekonomi seperti fasilitas jalan memang sudah dilakukan, akan tetapi masih ada
beberapa masalah berupa jalan yang tidak rata atau berlubang akibat faktor
alam.
Desa
Donosari berpenduduk dan berketurunan dari suku Jawa yang memiliki logat khas
yaitu Ngapak. Selain itu, penduduk Desa Donosari mayoritas beragama Islam dan
juga masih menjunjung adat istiadat Jawa sehingga tidak jarang ditemukan acara
syukuran di bulan-bulan tertentu. Desa Donosari memiliki komoditas berupa
jenitri dan cengkeh yang biasanya dihasilkan dari lading-ladang masyarakatnya.
Desa
Donosari ini memiliki tempat viewer yang bisa untuk melihat pemandangan alam
sekitar desa ini. Salah satu tempat viewer biasanya disebut oleh penduduk
sekitar dengan gunung sari, meskipun sebenarnya lebih tepatnya disebut sebagai
bukit, mengingat tempat ini berupa gundukan tanah yang menjulang tinggi ke atas
dan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah disekelilingnya. Di Bukit Sari ini juga
terdapat maqam atau lebih tepatnya tanda petilasan para leluhur dan penyebar
agama Islam di desa ini. Bahkan petilasan ini sering dikunjungi pada acara
tertentu seperti menjelang bulan Ramadan atau acara sunatan. Kegiatan berziarah
ini juga mengingatkan kita agar tetap menghargai jasa beliau-beliau yang
menyebarkan agama Islam dan yang terpenting mengingatkan juga bahwa kita kelak
akan mati. Jadi Bukit Sari ini cukup sakral di desa Donosari terutama untuk
masyarakat di dukuh Sodong dan Sodong Pingit. Tidak jarang pada waktu-waktu
tertentu diadakan pembersihan jalan setapak menuju lokasi maqam ini. Bahkan
dulu bukit ini dihuni oleh binatang berupa kera ekor panjang yang hidup secara
bebas di alam bukit ini. Akan tetapi justru sekarang sudah kera ekor panjang
tersebut sudah berpindah tempat atau migrasi ke tempat lain. Penyebabnya
mungkin karena faktor alam, di mana persediaan makanan bagi mereka sudah
menipis di bukit ini. Tempat viewer kedua yaitu wunut yang bisa melihat
pemandangan alam sekitar seperti bukit sari dan lalu lintas kendaraan seperti
kereta api, meskipun terlihat sayup-sayup mengingat jaraknya yang jauh.
No comments:
Post a Comment