Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Partai Buruh di
Australia semasa periode Whitlem, Hawke & Keating dalam Politik Luar Negeri
Australia.
Pemerintahan Gough
Whitlam
Gough
Whitlam menjabat sebagai Perdana Menteri Australia ke-21. Whitlam menjabat
sebagai Perdana Menteri Australia mulai dari tanggal 5 Desember 1972 – 11
November 1975. Naiknya Whitlam sebagai Perdana Menteri Australia merupakan
angin segar bagi ALP atau Partai Buruh dimana partai ini telah 23 tahun berada
di luar pemerintahan sebagai oposisi. Setelah memerintah, Whitlam ingin
menjalankan politik luar negeri yang mandiri dan tidak mau menggantungkan diri
kepada kekuatan asing. Adanya perubahan di kawasan sekitarnya mendorong Whitlam
mendefinisikan kembali politik luar negeri Australia yang berlaku selama itu.
Pernyataan tersebut menunjukkan keinginan Whitlam untuk mendefinisikan kembali
politik luar negeri Australia dalam arti ingin menjalankan politik luar negeri
bebas tidak hanya mengikuti politik luar negeri yang dijalankan sahabat besar
Australia yaitu Amerika Serikat tanpa koreksi.
Perdana
Menteri Whitlam ingin agar Australia dapat menjalankan politik luar negeri
sebagaimana layaknya Australia sebagai sebuah negara yang merdeka. Meskipun
mendapat banyak dukungan dari publik Australia, faktor “vakum 23 tahun” Partai
Buruh dari posisi pemerintahan menjadikan batu sandungan Partai Buruh karena
kurangnya pengalaman di bidang pemerintahan meskipun selama itu mereka terus
memantau pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dengan menjadi oposisi. Namun,
Whitlam menaikkan secara besar-besaran tentang Program Perbaikan oleh
Legislatif (Legislative Reform Program).
Dalam
waktu kurang dari 3 tahun, pemerintahan Whitlam mendirikan hubungan diplomasi
formal dengan Republik Rakyat Tiongkok.
Kebijakan lainnya
yaitu bertanggung jawab terhadap kebutuhan pendidikan tersier dan menghapuskan
biaya pendidikan, menghapus sisa-sisa White Australian Policy, memperkenalkan
‘supporting benefit’ bagi orang tua tunggal (single-parent), memperkenalkan
Multiculturalism Policy untuk para imigran baru, menaikkan persamaan derajat
bagi wanita, menghapus wajib militer, membuat Komite Nasional Penasihat
Aborigin (National Aboriginal Consultative Committee) menghapuskan hukuman mati
bagi narapidana federal, meningkatkan keadilan dan kesejahteraan warga pribumi
Australia (Indigenous Australia), meningkatkan dana untuk bidang seni, dan
lain-lain.
Hal-hal
yang telah dibuat selama masa pemerintahan Whitlam tentu saja berlawanan arah
dengan visi-misi dari Liberal dimana Liberal lebih condong ke arah pemerintahan
persemakmuran dan Partai Buruh yang selalu memperjuangkan kemerdekaan penuh
bagi Australia. Perbedaan Liberal dan Partai Buruh yang lain adalah dimana
Liberal selalu meninggikan derajat kaum kulit putih dan Partai Buruh selalu
memposisikan seluruh derajat warga di Australia adalah setara.
Kebijakan-kebijakan Australia pada pemerintahan
Whitlam tahun1972-1975
Whitlam hanya
menjabat selama 3 tahun, kebijakan pada pemerintahan Whitlam:
- Penghapusan wajib militer dan menarik pasukannya dari Vietnam Selatan
- Mengkritik kekuasaan kolonial di Afrika oleh Australia
- Mengajukan Perancis ke ICJ atas pengujian bom nuklir di Pasifik Selatan
- Menghapuskan sisa-sisa terakhir dari kebijakan White Australia Policy
- Mengecam misi pengeboman Amerika Serikat ke Vietnam Utara
- Memilih untuk menerima keberadaan pangkalan militer AS di wilayah Australia
Kebijakan luar
negeri Australia pada era Whitlam juga memandang Indonesia sebagai Negara yang
perlu sebagai mitra dalam hubungan luar negeri. Whitlam mendukung integrasi
Timor Timur ke Indonesia. Keinginan Australia untuk menjaga hubungan baik
dengan Indonesia pada masa itu membuat Australia tetap mendukung Indonesia.
Walaupun setelah peristiwa Balibo media massa dan publik Australia
menjadi kritis terhadap
Indonesia, namun Australia
tidak menginginkan adanya isu-isu yang mengganggu hubungan kedua negara.
Hal ini disebabkan pada masa itu, Indonesia memiliki pengaruh kuat serta peran
penting di kawasan Asia Tenggara. Indonesia saat itu dapat menjadi pintu
pembuka bagi hubungan Australia dengan
negara-negara di kawasan
Asia Tenggara bahkan negara-negara Asia lainnya.3
Oleh sebab itu, kebijakan Whitlam ini dipertahankan selama masa pemerintahan
koalisi Liberal Malcolm Fraser (1975-1983) dan juga oleh pemerintahan
Bob Hawke dari
Partai Buruh (1983-1991)
Pemerintahan
Whitlam juga menginginkan Australia mandiri dan lepas dari pengaruh Amerika Serikat
bahkan terkesan anti Amerika Serikat,
hal ini menyebabkan Perdana
Menteri Whitlam dari
Partai Buruh dipecat pada tahun 1975 dan digantikan oleh
Fraser dari Partai koalisi Liberal. Sejak saat itulah penerus-penerus Whitlam
dari Partai Buruh
seperti Hawke lebih
berhati-hati dengan Amerika Serikat dan
tetap membiarkan pengaruh
Amerika Serikat ada dalam
kebijakan luar negeri Australia (Bhakti 2001 dan Firth
2005).
3Coldrey 1986 dalam Hamid 1999: 423;
Chega, 2005
Pemerintahan Hawke & Keating pada tahun 1983-1996
Pada masa pemerintahan Hawke dan Keating merupakan era
perubahan yang dramatis dalam fokus dan tujuan dari AFP. Adapun
kebijakan-kebijakan yang dilakukann njoleh Hawke dan Keating:
- Globalisasi pasar keuangan Australia
- Membuat DFAT pada tahun 1987
- Mendirikan Kelompok Cairns untuk mengampanyekan reformasi perdagangan global
- Menandatangani Closer Economic Relations (CER) dengan New Zealand
- Membantu menciptakan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC)
- Mendorong dan berfokus ke Asia pada perdagangan dan hubungan regional
- Menegaskan kembali pentingnya aliansi kepada Amerika Serikat terutama setelah New Zealand meninggalkan ANZUS pada tahun 1985
- Penciptaan AUSMIN (Australia-United States Ministerial Consultations)
- Antusias mengirim dua frigat blokade Irak dalam Perang Teluk
- Mempererat ikatan yang kuat dengan Indonesia meskipun bermasalah dengan Timor Timur
- Kebijakan Federal pindah dari integrasi ke multikulturalisme
- Penghapusan Australia Kebijakan Kulit Putih
- Mengakhiri perlakuan istimewa bagi wisatawan Eropa dan Amerika Utara bagian utara dan imigran
- Reformasi Undang-Undang Kependudukan
- Mendorong banyaknya migran
- Pengeluaran UU Diskriminasi Rasial 1975
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Hawke sebagai Perdana
Menteri 1983 - 1991
Perubahan ekonomi benar-benar
dramatis setelah Pemerintah Buruh Hawke terpilih pada tahun 1983. Hawke
mengenalkan " rasionalisme ekonomi ". Tdak ada perubahan yang
signifikan dalam hubungan luar negeri Australia di bawah Pemerintah Hawke ,
yang tetap mempertahankan kebijakan pro-Amerika Serikat, juga tetap melakukan
hubungan yang lebih erat dengan Asia. Perubahan yang paling signifikan dari
pertengahan tahun 1970-an hingga 1990 yang mempengaruhi karakter masyarakat
Australia yaitu perkembangan yang signifikan dalam persamaan ras dan seksual ,
kepedulian terhadap lingkungan alam Australia (Franklin River di TAS ) dan
dalam keragaman etnis dari masyarakat Australia (multikulturalisme). Ironisnya
, periode yang sama ini melihat ketimpangan kekayaan dan pendapatan menjadi
lebih ekstrim akibat dampak dari kebijakan "rasionalisme
ekonomi". Rasionalisme ekonomi yang
dijalankan Hawke:
- Dollar Australia mengalami floating:Pasar dunia akan menentukan nilai mata uang nasional itu sendiri.
- Perbankan dideregulasi: memungkinkan bank untuk menentukkan suku bunga sendiri dan meminjamkan uang tanpa pengawasan pemerintah.
- Beberapa perusahaan pemerintah termasuk Commonwealth Bank diprivatisasi
- pasar saham New York tahun 1987 jatuh & Bond, Skase dan bank-bank negara SA dan VIIC berada dalam kesulitan keuangan yang pelik.
- Ekonomi Australia masuk ke resesi
Hal ini ditunjukkan dengan angka awal
pengangguran tahun 1990 di atas 10 %
Solusi Pemerintahan Partai Buruh akibat dampak rasionalisme
ekonomi yaitu dengan
meningkatkan tingkat bunga bank untuk mengekang inflasi.
Sedangkan kalangan yang paling menderita akibat dampak rasionalisme ekonomi
yaitu pemilik rumah,orang-orang bisnis kecil dan petani.
Pada
tahun 1983 di
bawah pemerintahan Hawke
dari Partai Buruh, Australia mulai
merubah kebijakan keamanannya
dari “Mencari keamanan
dari Asia” menjadi “Mencari
Keamanan di dalam
Asia”. Hal ini
didasari oleh pemikiran Hawke bahwa masa depan perdagangan
luar negeri Australia berada di Asia,
terutama perdagangan dengan
negara Jepang, Cina
dan Korea Selatan.
Perubahan politik luar negeri Australia era pemerintahan Paul
Keating
Munculnya Paul Keating bagi Negara Australia telah memberi
warna baru dalam kehidupan sejarah Australia. Paul Keating memenangkan Pemilu
di Australia tahun 1991 dan menggantikan Bob Hawke menjabat sebagai perdana
menteri Australia. Paul Keating menjadi perdana menteri sampai
tahun 1996, setelah kalah dari John
Howard dalanr pemilu tanggal 2 Maret
1996. Kondisi ekonomi pada awal pemerintahannya dalam kondisi yang buruk dan merosot
sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Dengan melihat hal tersebut maka, Keating
mulai membuka perekonomiannya untuk mengatasi keadaan ekonomi dalam
negeri yang semakin hari semakin menurun. Paul Keating menyatakan bahwa
Australia telah membuat keputusan untuk mengadakan perdagangan dengan dunia. Ia
ingin mengubah perekonomian Australia menjadi perekonomian yang lebih
terbuka (Kompas, 2l April 1992).
Paul Keating juga mengijinkan
siapapun boleh mengadakan investasi di Australia. Dengan memberikan kebebasan kebijakan
investasi asing, kecuali beberapa sektor
yang masih dibatasi misalnya, televisi dan bank. Sedangkan dalam bidang impor
Australia dulu mempunyai proteksi atau pembatasan yang tinggi dalam beberapa
manufakturing. Semua proteksi ini diturunkan secara bertahap dalam tahun 1988
sampai tahun 1997, sehingga tahun 1997 manufakturing umumnya hanya akan
dilindungi proteksi setinggi lima persen saja. Sedangkan pada sector lain seperti mobil, pakaian,
tekstil, dan sepatu juga diturunkan dan tinggal lima belas persen saja.
Paul Keating menguraikan bahwa di tahun 1997 di Australia tidak
akan ada lagi pembatasan-pembatasan kuantitatif atau kuota, dan tarif akan
turun, di sektor tekstil dan pakaian
jadi tariff dipertahankan pada tingkat 25 persen, sedangkan di sektor yang sama
tetapi tidak memerlukan banyak tenaga buruh seperti industri kendaraan tarifnya diturunkan 25 persen.
Dengan demikian maka dalam pemakaian sistem
ekonomi terbuka, maka masa depan perekonomian Australia berorientasi ke
luar dalam mengadakan perdagangan dengan irternasional (Merdeka, 21 Aptil
1992). Oleh karena itu berbagai usaha
akan dilakukan untuk melaksanakan
ekonomi terbuka, terutama
terhadap negara-negara tetangga seperti lndonesia yang selama
ini masih diabaikan.
Dengan dimulainya Australia mengadakan kontak perdagangan
dengan negara tetangganya hak ini
merupakan era baru bagi Australia. Bila dilihat dari tahun 1990 di mana ekspor
lndonesia ke Australia baru 522 miliar dollar Australia sementara impornya
sudah mencapai 1,36 miliar dollar Australia. Kebanyakan ekspor lndonesia masih berupa minyak bumi sedangkan impor berupa
gandum dan kapas di samping juga minyak bumi. Pertumbuhan ekspor ke Australia
lebih cepat dari ekspor Australia ke lndonesia. Maka dari itu, pada tahun 1994
Australia melakukan promosi dagang dan
kebudayaan (Australia
Today lndonesia) yang disingkat ATI ‘94. Hal ini menunjukkan bahwa Australia tidak hanya berarti negara
pantai dan kanguru (Kompas, 24 Febtuati
I 994). Sedangkan ATI ‘94
diberi tema "Tetangga Maju Bersama”
dan dilaksanakan pada bulan Juni 1994.
Kebijakan ekonomi Paul Keating menyatakan
bahwa perekonomian Australia adalah perekonomian terbuka,
yaitu akan menjalin hubungan ekonomi dengan negara negara di seluruh
dunia. Hal ini terlihat denqan kunjungan Perdana Menteri Australia, Paul
Keating, ke lndonesia, yang menyatakan bahwa lndonesia merupakan kunci yang
terpenting bagi Australia jika tetap
ingin berdampingan dengan Asia"
(Suara Pembaharuan, 2l April 1991). Paul
Keating sangat mementingkan hubungan ekonomi
yang baik dengan negara negara Asia, untuk itu hubungan baik dengan lndonesia
sangat diperlukan. Orientasi baru politik negara Australia ke Asia memang telah menjadi satu sisi yang menarik dari
pemerintahan Paul Keating. la bahkan telah memulainya sejak menjadi ketua
partai Buruh, dan kini politik luar negerinya mendasarkan diri pada
pertimbangan keamanan yang mulai memudar realisasi yang ada dengan melihat
ekonomi yang ada di Australia sendiri. Beberapa saat lalu Australia masih menganggap kawasan Asia sebagai tetangga regionalnya menyimpan potensi
yang luar biasa. Hal itu disebabkan karena rendahnya tingkat
kesejahteraan social ekonomi yang ditempati oleh lonjakan pertumbuhan penduduk
yang selalu tinggi,
PENTING UNTUK DIPAHAMI BAHWA PLAGIARISME MERUPAKAN TINDAKAN KRIMINAL!!!
Di dalam undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta. sebagaimana
undang-undang yang mengatur tersebut plagiat merupakan tindakan pidana . dibawah
ini jelas sekali undang-undang yang mengaturnya
Pasal
72 ayat (1) :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)”.
No comments:
Post a Comment